Rabu, 08 Juni 2016

Trip 3 Pulau (1): Kelor

          
             
Minggu, 5 Juni 2016, aku dan beberapa orang teman kantor ikut program tukang jalan dot com yang “Trip 3 Pulau” (Kelor, Onrust, dan Cipir). Sebenarnya, banyak banget agen yang menawarkan trip ke tiga pulau ini. Harga bervariasi. Dari yang aku tahu, mulai Rp70.000,00—110.000,00 (entah ya kalau ada yang lebih dari harga segitu). Kami memilih tukang jalan dot com karena relatif murah. Rp75.000,00 (belum termasuk uang tip untuk pemandu wisata [di Onrust] dan tip pemimpin perjalanan).
          Aku akan menceritakan pengalaman kami di tiga pulau ini dalam tiga bagian. Ini merupakan bagian pertama.
          Titik kumpul kami adalah Muara Kamal di daerah Cengkareng. Menurut bisikan beberapa orang, perlu waktu 2—3 jam perjalanan untuk mencapai tempat itu. Karena waktu keberangkatannya adalah pukul 08.30, jadilah kami berangkat pukul 05.00 WIB. Ternyataaa, kami sampai sana jauh lebih awal: pukul 07.00 WIB (itu pun sudah dengan nyasar-nya).
          Untuk mencapai lokasi, berikut beberapa opsi transportasi (sudah dicampur antara saran dari tukang jalan dot com dan pengalaman kami):
1.     Kereta api. Turun di Stasiun Rawabuaya. Dari situ bisa naik kendaraan beraplikasi kali ya. Kalau tukang jalan dot com sih menganjurkan kita naik kereta sampai Juanda, dari situ naik Transjaka arah Kalideres lalu turun di Rawabuaya. Dari situ naik Carry sampai Muara Kamal. Ongkos Carry dari/ke stasiun Rp9.000,00.
2.    Transjakarta. Turun di halte Rawabuaya. Selanjutnya naik Carry. Ongkosnya Rp8.000,00.
3.    Kendaraan beraplikasi. Naik dari rumah masing-masing. Turun di Muara Kamal. Ingat, mobil hanya bisa sampai tempat pelelangan ikan. Selebihnya harus jalan kaki. Kalau motor sih, masih bisalah antre dengan orang-orang yang jalan kaki.
4.    Kendaraan pribadi. Kata kuncinya dermaga Muara Kamal aja. Tempo hari sih aku nggak lihat tempat penitipan mobil, mungkin di daerah terdekat dengan tempat pelelangan ikan. Kalau motor, masih bisa lanjut sampai dermaga. Nanti bisa titip motor di tempat penitipan motor dekat dermaga.
5.    Bus. Naik yang jurusan Kalideres turun di perempatan Cengkareng. Dari situ naik Carry. Selanjutnya, sama dengan atas.
          Transportasi yang kami pilih ke sana adalah grab car. Sebelumnya, kami memesan uber X. Sayangnya, pihak driver membatalkan tanpa kabar (setelah sebelumnya menelepon dan menanyakan tujuan kami—yang seharusnya sudah ada di ponselnya). Mungkin dia pikir kejauhan. Kami akhirnya memilih grab car. Sopir yang mengandalkan GPS (karena kami juga belum pernah ke sana), sempat salah menerjemahkan petunjuk keluar tol. Akhirnya, kami malah keluar di pintu tol Pantai Indah Kapuk (pintu tol Kamal 2). Kami harus masuk tol lagi, lalu berputar untuk kembali ke pintu tol yang seharusnya: pintu tol Kamal 1. Tak apalah. Buat pengalaman. Ingat ya, Muara Kamal beda dengan Muara Angke, apalagi Muara Karang.
          Dengan mobil, kami tidak bisa mencapai dermaga. Kami hanya bisa diantar sampai dengan tempat pelelangan ikan. Selebihnya, kami harus berjalan kaki menuju dermaga melalui pasar pelelangan ikan.
          Pasar pelelangan ikan ramai dan becek. Kalau mau pakai sandal jepit ke sana sih ya nggak apa-apa, cuma risikonya kecepretan aja. Em, tapi nanti juga bisa dibersihkan. Bawa tisu untuk jaga-jaga juga oke buat persiapan nggak ketemu air untuk membersihkan kaki.

Pemandangan menjelang tempat pelelangan ikan

Matahari pagi dermaga!

          Jadwal keberangkatan yang semula dijadwalkan pukul 08.30 WIB harus molor jadi pukul 09.00 karena menanti empat orang yang belum datang. Sepertinya mereka nyasar.
          Peserta dibagi menjadi dua kapal motor. Aku dan teman-temanku naik kapal 2. Tujuan pertama kami adalah Pulau Kelor.
Tiba di dermaga Pulau Kelor

          Pulau Kelor, menurut penelusuranku di Google (hehehe… di sana nggak ada penjelasan tentang pulau ini sih), dahulu bernama Pulau Kherkof. Bangunan khas yang ada di sana adalah Benteng Martello. Konon, Martello antimeriam. Konon lagi, alasan pulau ini dinamakan Kelor adalah karena pulau ini kecil banget (jadi kayak daun kelor itulah).
Benteng Martello di Kelor (bukan di Onrust lho ya!)

Kami duga sih Bapak ini penjaga benteng. Ada peraturan untuk tidak menaiki benteng soalnya.

Separuh Benteng Martello, separuh laut

          Pulau ini tidak berpenghuni. Orang-orang hanya datang dan pergi dari pulau ini. Ketika kami datang, ada beberapa tenda dipasang. Memang banyak yang menginap. Pemandangan lain yang kami temukan di pulau ini yaitu banyaknya orang yang memancing. Kami sih, setelah berputar-putar dan foto-foto di Benteng Martello, main air di pantai yang bersih.

          Ada bagian pantai yang banyak banget sampahnya. Oh, semoga mereka yang membuang sampah sembarangan diberi rezeki untuk beli tempat sampah atau diberi kemampuan untuk mengolah sampah.
Pemandangan cantik gini sayang dong kalau dikotori dengan sampah.
Stop buang sampah di pantai (mana pun)!
        Oke, segitu aja tentang Pulau Kelor. Ini beberapa catatanku:
1.     Kalau matahari sedang gembira, pulau ini panas banget dan hampir tidak ada tempat berteduh. Jadi bawa payung atau sunblock atau kacamata hitam atau topi lebar kalau nggak mau kulitmu rusak ya.
2.    Biaya masuk pulau ini sebesar Rp5.000,00 (ada loketnya).
3.    Semoga pemerintah (pihak yang terkait) bisa menambahkan papan sejarah Pulau Kelor atau Benteng Martello. Jadi, wisatawan yang berkunjung bisa tahu sejarahnya cukup dengan membaca tulisan yang ada di sana, tanpa harus googling.
4.    Tempat sampah sudah banyak tersedia. Jadi, ketika ke sana, jangan nyampah, ya! Um, well, sebenarnya di mana pun jangan nyampah, sih. Masa iya, udah cakep, wangi, tapi masih nyampah? Oh, ayolah. Beberapa bagian laut (sejak Muara Kamal sih) sudah menghitam dan bau berkat polusi, masa iya ditambah rusak dengan sampah?
Bersambung ke pulau berikutnya. Yuk~

3 komentar: