Senin, 26 Januari 2015

Perempuan Bermata Merah di Lorong Kaca Hitam

          Aku benci lorong.
          Ada sebuah lorong kaca berwarna hitam di salah satu mal di Jakarta. Untuk menuju toilet, kita harus melewati lorong itu. Bagi beberapa orang, lorong tersebut barangkali bisa dijadikan tempat foto-foto atau berkaca. Namun, bagiku, lorong hitam menjadi salah satu tempat yang menakutkan. Aku bukan abnegation  yang tidak suka melihat diri dalam cermin, tetapi tiap kali aku melihat ke kaca lorong hitam, aku merasa hal mengerikan akan terjadi.
          Benar saja.
          Pada sebuah siang hari, mal yang jarang pengunjung ini makin terasa senyap di bagian lorong. Seberapa banyak sih orang yang ke toilet dalam waktu bersamaan?
          Aku berhasil mencapai toilet. Caranya adalah dengan mengabaikan kengerian si lorong hitam dan berjalan lurus fokus ke toilet. Hanya ada satu orang di dalam toilet. Dia pergi, tinggallah aku sendiri. Mal sepi di toilet yang sepi.
          Keluar toilet, lorong kaca hitam menatapku dingin. Antara penasaran dan takut, mataku beralih kepadanya: lorong kaca itu.
          Aku terkejut bukan buatan kala melihat perempuan berambut gelombang terurai melewati bahu. Ia berada di dalam kaca hitam lorong. Matanya merah dengan kelopak yang bengkak dan rautnya jauh dari kesan ramah. Dengan pelan ia menunduk seolah memberitahukan keberadaan gadis kecil di sana. Aku baru menyadarinya!
          Anak perempuan itu berjalan gembira menuju sebuah bangku. Entah dari mana, ada seorang lelaki paruh baya mendekati si gadis kecil. Dengan tatapan binal, lelaki merasa haus melihat gadis kecil. Ia membuka resleting celananya lalu mengeluarkan kelaminnya yang tegak menantang. Sambil menyeringai, lelaki menggosok-gosokkan kelaminnya dengan dua tangan di depan gadis kecil yang tercengang.
          Lalu hilang.
          Tinggallah perempuan bermata merah menangis sesenggukan.
          Aku gemetar. Tiada daya bergerak maju atau mundur. Ternganga saja. Ketika mulutku sudah hampir bilang siapa kamu?, sosok perempuan dalam kaca menghilang.
          Aku kemudian tahu sebab ia menghilang saat mendengar dua orang bercakap-cakap. Sepasang kekasih berjalan menuju toilet yang aku tinggalkan. “Sebentar aku ke toilet dulu,” ujar perempuan. Lelakinya mengangguk lalu mematut-matut diri di depan kaca.
          Aku berusaha berjalan dan melupakan perempuan dalam kaca di lorong hitam. Sudah, lain kali takkan aku biarkan aku sendirian.

(25 Januari 2015)

Tulisan yang ikutkan untuk give away Aprie Janti di sini.

6 komentar:

  1. Euwh.. jangan bilang ini lorong kaca di kuningan city? :/

    BalasHapus
  2. Untunglah jauh dari Bandung. Pffttt
    Kok kamu ngeri sik Ikaaff ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu yakin di Bandung nggak ada lorong macam gitu juga?
      Coba diperhatikan dengan saksama..

      Hapus
  3. walaupun masih pagi, tapi baca tulisan ini pas sendirian di ruangan...

    halo, bulu kuduk. berdirinya jangan lama-lama, ya. iya.

    BalasHapus