Tanggal
22 – 24 Juni 2013 lalu aku ke Solo bersama beberapa orang teman. Tujuannya,
sih, mau menghadiri pernikahan seorang teman kerja. Namanya Estri Yunitasari. Em, tapi itung-itung
sekalian liburan. Hehehe… .
Menurutku,
tata cara pernikahan di sana cukup menarik. Jadi, sebagai oleh-oleh kukisahkan
tentang pernikahan ala Solo yang aku hadiri, ya? Iya. Siplah, kalau gitu.
Penamaan
untuk adat pernikahan ini beragam. Temenku yang menikah menyebutnya carikan sedangkan temanku yang lain
menggunakan akronim usdek. Karena menarik,
aku jadikan usdek sebagai judul
sekaligus fokus penceritaan di sini. Oke, ya? Iya.
Adat
pernikahan Solo (Jawa Tengah secara umum) bisa kamu lihat di sini. Temanku tidak
menggunakan adat Jawa secara lengkap. Ia hanya menggunakan beberapa di
antaranya. Oh, ya, usdek itu
kepanjangan dari unjukan, sop, dahar, es,
kondur. Itu apa? Bentar, ya. Kita mulai dari awal.
Jangan
kamu bayangkan sistem perayaan pernikahan di sana seperti di Jakarta (atau kota
besar lain) yang menggunakan prasmanan. Mulanya, ruangan dibagi dua sisi yang
berhadapan. Sisi yang satu untuk perempuan sedangkan sisi lainnya untuk
laki-laki. Bagian tengah dikosongkan untuk lalu lalang sekaligus datang-perginya
pengantin. Tersedia beberapa meja di antara bangku. Di meja inilah jamuan
nantinya ditempatkan.
Sebelum acara dimulai, di meja sudah
tersusun gelas-gelas kosong. Biasanya gelas-gelas ini akan disusun sedemikian
rupa. Bentuk yang diambil di pernikahan temanku adalah segitiga.
Adat
di sini mengharuskan tamu yang datang dilayani, bukan ambil sendiri suguhan
dari tuan rumah. Beberapa orang yang sudah ditunjuk telah siap melayani para
tamu. Biasanya, kalau di kampung orang tuaku, orang-orang terpilih itu
menggunakan pakaian adat, tetapi di pernikahan temanku mereka menggunakan koko—dan
semuanya pria.
Tahap
pertama usdek adalah unjukan. Unjukan berarti minuman. Namun,
unjukan di sini juga berarti
pemberian makanan pembuka. Dalam waktu hampir bersamaan, para pelayan ini
muncul dengan membawa teko berisi teh pekat. Ya, teh di sana kental dan
manisnya hanya slumut-slumut (samar-samar).
Dengan mahir, satu tangan memegang teko dan tangan lainnya membuka tutup gelas –
menuang teh – menutup gelas, para pelayan ini mengisi teh di gelas-gelas yang
sudah tersusun di meja.
Tidak
berapa lama, pengantin wanita masuk disertai iring-iringan. Ia ditemani keluarganya
(bukan keluarga inti) hingga di pelaminan. Setelah itu, ia duduk dan menunggu.
Rombongan
mempelai pria kemudian datang dan berdiri di muka pintu. Keluarga mempelai
wanita berdiri di sisi dalam. Keduanya memiliki wakil untuk berbicara. Wakil dari
rombongan mempelai pria menyatakan kedatangannya lalu wakil mempelai pria
menyambut dan mempersilakan masuk (kurang lebih gitulah, pake bahasa Jawa alus
banget soalnya).
Berikutnya,
sementara mempelai pria masuk, mempelai wanita berjalan menuju mempelai pria. Ini
disebut panggih atau temon yang artinya kurang lebih sama:
bertemu. Temanku tidak memakai adat injak telur, membasuh kaki, dan lempar
sirih. Ia langsung ke bagian sindur (isin
mundur = malu mundur). Pada bagian ini ibu mempelai wanita menyampirkan
kain berwarna merah – putih di bahu kedua mempelai. Selanjutnya, pengantin
diantar duduk ke pelaminan. Seharusnya, ayah mempelai wanita memimpin di depan.
Sayangnya, ayah temanku itu sedang sakit, sehingga tidak bisa mengiringi. Ketika
itu, aku sempat melihat ayahnya mengeluarkan air mata. Kukira ia ingin sekali
turut mengantar anaknya.
Sesampainya
di pelaminan, pengantin dipersilakan duduk sebentar untuk kemudian mengikuti
tahap sungkeman.
Pada
bagian ini, ayah temanku tampak menahan tangisnya. Yang pada akhirnya tangisnya
pecah adalah ibu mempelai pria. Melihat ibunya menangis, fotografer sebelahku
yang ternyata adik mempelai pria ikut menangis. Ini barangkali karena ayah
mempelai pria sudah berpulang.
Jika
di atas pelaminan sedang sungkeman, para
pelayan menyajikan makanan pembuka—lagi-lagi secara hampir serentak. Yang menjadi
makanan pembuka di sana adalah bolu gulung dan risol. Aku kembali membandingkan
dengan makanan pembuka di kampungku yang (biasanya) berupa wajik, kacang goreng
tepung, emping, bolu, dodol, dan semacamnya (tiga atau empat jenis tiap
piring).
Setelah
unjukan, makanan berikutnya yang
dihidangkan adalah sop. Sup yang
disajikan di sana adalah sop matahari—seorang
teman bertanya kepada penyaji. Em, tepatnya itu apa aku nggak ngerti. Hahaha… . Yang jelas, ada daging giling, irisan
wortel, irisan jamur kuping, dan sosis di bagian atas. Ini penampakannya. Jangan
ditanya lagi, beda banget dengan di kampungku.
Di
tengah-tengah acara, Al, anak temanku, tiba-tiba minta mainan. Nggak ngerti, deh, dia tahu aja ada yang
dagang di luar. Alhasil, ia menggelar mainannya. Jadi begini ini.
Di
sisi lain, keluarga mempelai wanita memberikan sambutan. Lagi-lagi dengan
bahasa Jawa halus. Aku nggak ngertiiii…
. Fotoin ajalah.
Makanan
berikutnya yang dihidangkan adalah nasi lengkap dengan lauk-pauknya (dahar). Di sana nasinya dibentuk
sedemikian rupa. Lauknya enak-enak. Jangan tanya itu apa aja (hahaha.. dudul
tentang penamaan makanan soalnya). Liat aja langsung, deh!
Bagian
usdek yang selanjutnya adalah es. Esnya enak. Ada jelly
di dalamnya.
Yang
terakhir ya kondur (pulang). Pengantin
dipersilakan meninggalkan ruangan. Pun tamu. Sudah boleh pulang. Acara bebassss…
. Kami mengajak mempelai wanita untuk berfoto bersama.
dari kiri ke kanan: aku, mb Ika Pratiwi, mb Estri Yunitasari, mb Anna Mariana, mb Firda Aulia, dan Afkari Syakha Al Labiby (Al) |
Orang-orang
di balik layar
Ada orang lain di balik sebuah
kegiatan. Ini yang sempat kutangkap:
1.
Penata kostum
2.
Penerima tamu dan keluarga
3.
Sebelum sebuah foto itu jadi dan masuk facebook
4.
Fotografer untuk diri sendiri (halah!)
Terus, terus, bagaimana tradisi
pernikahan di tempatmu?
Horeeeee, akhirnya Ceu Ika melepas masa lajang! *kalungin bunga.... bunga sedap malam*
BalasHapusKomen rese ini dipersembahkan oleh belom mandi seharian. :p
heh!
Hapusceburin ke bak mandi, nih..
emmm.. btw, diaminin aja, deh.. huehehehe..
aku juga pernah diceritain tentang adat resepsi di Solo, ka. Dan yang paling diinget ya proses menyajikan 4 tahap makanannya itu. Yang laen ora mudeng x)))
BalasHapusbahahahakk..
Hapushe-em, Prie.. ora mudeeeeeng..
aku aja perlu gugling..
Earthmovers Spare Parts
BalasHapusI just came across your blog and found it be really helpful in my evaluation
sebelum pulang, mampir dulu ah
BalasHapusmakasih udah mampir..
Hapusikaaaaaaaa..apa kabarnyaaaaaaa ?? nemu FB kamu d FBnya rosida..hehehe..trus pas buka FB kmu ehh ternyata blogging jg :D
BalasHapusinget aku ga ?? pasti lupa deh..hehehe..anggraeni (raeni) almarzukiyah dulu ?? :D
tanya rosidah,nurhayati dll deh..hehehehe
aaaakkkk.. raniiii..
Hapusapa kabaaaar?