Betapa ringannya tanganmu, Pak!
Tiba-tiba sudah mampir di pipi
lanjut terbang mampir ke leher.
Bapak pikir saya lalat?
Betapa ringannya kakimu, Pak!
Tiba-tiba sudah membuat sarang di perut
lanjut saya tersuruk di sudut.
Bapak pikir saya bola sepak?
Saya masih manusia.
Sama saja seperti Bapak.
Tapi,
mengapa tanganmu begitu ringan?
Mengapa kakimu mudah melayang?
Jika aku ambil panci sebagai pengganti tangan
dan sapu sebagai pengganti kaki
maka meluncurlah label di dahiku:
"durhaka".
(Selalu semangat, Kawand..)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar