Kamis, 17 Agustus 2017

Belitung Trip (2): Wisata Nonpantai di Belitung

          Postingan kedua dari seri Belitung Trip adalah destinasi nonpantai di Belitung. Apa aja sih wisata selain pantai yang ada di Belitung?

1.   Batu Satam
Batu Satam menjadi ikon di Belitung. Batu Satam sebenarnya adalah hasil proses tabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah tinggi jutaan tahun lalu. Batu Satam pertama kali ditemukan di Pulau Belitung pada tahun 1973 di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit. Batu ini ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang timah beretnis tionghoa dalam penambangan timah dengan kedalaman 50 meter. Menurut Sejarah, penamaan Batu Satam ini didasarkan pada nama penemunya yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Sa dan Tam. Jika diartikan secara harfiah, Sa berarti “pasir dan Tam berarti “empedu. Sehingga Satam memiliki arti “empedu pasir”. Batu Satam memiliki beberapa nama yakni Taktite dan Billitonit.
Kini batu itu kerap dijadikan buah tangan. Harganya berkisar antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Ketika aku tanya ke Bang Ifan—driver, fotografer, narasumber kami—kemungkinan batu satam dipalsukan, menurutnya itu tidak mungkin. Ini karena tekstur batu yang khas.

Batu Satam, ikon Belitung.

Berpotret di Bundaran Satam


2.  Rumah adat
Rumah adat di Belitung mengambil bentuk rumah adat melayu. Jenisnya terbagi dua: rumah bangsawan dan rakyat biasa. Yang dipamerkan sekarang ini merupakan jenis rumah bangsawan. Bentuknya panggung.
 
Rumah adat Belitung yang terletak di Kota Tanjung Pandan

Jendela rumah adat

Baju adat dan pernik-pernik pernikahan orang Melayu Belitung.
Nggak seperti di Istana Maimun, baju adat di sini tidak disewakan.

Ruang utama yang memang dibiarkan kosong begitu saja.

"Liu-liu". Alat transportasi zaman dulu.


Semakin ke sini, rumah semacam itu tidak lagi dipakai oleh masyarakat Belitung. Orang lebih memilih bentuk rumah secara umum. Sepanjang aku berkeliling Belitung, ada kutemukan bentuk sederhana rumah adat di sekitar Belitung Timur.

3.  SD Muhammadiyah Gantong
Tidak bisa dimungkiri, Belitung melejit setelah novel dan film Laskar Pelangi laris di pasaran. Salah satu destinasi yang sering dikunjungi wisatawan terkait dengan Laskar Pelangi adalah SD Muhammadiyah Gantong. Sekolah ini terletak di Belitung Timur. Yang dipamerkan sekarang ini adalah replikanya. Biaya masuknya Rp3.000,00.
DN Aidit merupakan tokoh yang berasal dari Belitung Timur. Dulu, PKI sangat berkembang di sini. Konon, itu sebab masyarakat Belitung Timur pernah tidak diperbolehkan sekolah. Barangkali tekanan inilah yang—langsung ataupun tidak—justru membuat 3 tokoh di generasi berikutnya lahir: Yusril Ihza Mahendra, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Andrea Hirata. Gils! Daerah sekiprit mana lagi yang melahirkan 3 tokoh nasional selain Belitung?
Pintu masuk SD Muhammadiyah Gantong

Tampilan dalam kelas SD Muhammadiyah Gantong
 
Konon sekolahnya bisa dibongkar pasang.

Pening kepala Bu Mus barangkali kalau ketemu siswa cem ini 


Yang juga menarik, rumah orang tua Andrea (yang kini dijadikan Rumah Kata) relatif dekat dengan rumah orang tua Ahok. Bila Andrea sekolah di SD Muhammadiyah Gantong, Ahok merupakan representasi anak yang sekolah di SD negeri. Yap, orang tua Ahok memang orang berada. Kami hanya melintas di Kampung Ahok, tidak mampir. Jadi, ya nggak ada fotonya.

4.  Rumah Kata
Rumah Kata merupakan museum pribadi Andrea Hirata. Aslinya, Rumah Kata ini merupakan rumah orang tua Andrea Hirata. Biaya masuk museum ini lumayan mahal, yakni Rp50.000,00. Biaya ini konon untuk membangun sekolah. Oh ya, kalau ke sini jangan lupa menikmati kopi kuli ya. Cuma Rp7.000,00, sudah menikmati sajian kopi yang khas dimasak di tungku menggunakan arang.
 
Namanya aja pelangi, ya berwarna-warniiii~

Tiangnya pun seni!

Numpang baca ya, Bang!

Kupi Kuli. Masaknya khas!

Pintu ke mana saja!

Langit-langitnya aja epik!


5.  Bukit Berahu
Bukit Berahu terletak di Kampung Bugis. Untuk masuk destinasi ini, kita perlu membayar Rp10.000,00. Nanti kita akan disuguhi teh/kopi gratis. Yang unik dari tempat ini, meskipun namanya “bukit”, ada juga pantainya. Untuk mencapai pantai dengan pemandangan perahu nelayan Bugis, kita harus menuruni tangga yang lumayan aduhai. Aduhai kalau naiknya pegeeellll. Hahaha.
 
Pemandangan dari Bukit Berahu. Sayang mendung ya.

teh/kopi gratis

Sehabis hujan

Tuh, di belakang mereka ada tangga yang panjangnya udah kayak mau ke air terjun.

Mereka ada penginapan sih, tapi PR banget kalau mau ke restoran. Harus naik tangga yang masya Allah itu.


6.  Danau Kaolin
Cantik dan miris. Pemandangan di tempat ini bisa cantik betul ketika cerah maksimal. Warna airnya bisa jadi tosca, turqoise, atau biru banget. Namun, di sisi lain, miris. Karena sebetulnya tempat ini merupakan lokasi penambangan kaolin yang ditinggalkan tanpa ada perbaikan. Cantik tapi kalau rusak kan sayang.
 




7.  Batu Mentas
Salah satu favoritku! Salah satu spot yang belum tentu (atau malah nggak) ditawarkan trip organizer. Yes, kami memang pakai itinerary sendiri. Di postingan kapanlah aku tulis itinerary-nya.
Daya tarik destinasi ini adalah udara sejuk (di tempat lain di Belitung pasti panaaasss), air jernih, dan dapat melihat tarsius. Kalau ke sini, bawa basahan ya. Nggak bisa nggak mandi deh kalau lihat airnya! Btw, bayarnya Rp10.000,00.
 
Gerbang yang sangat sederhana

Jerniiiihhh dan banyak ikan kecil-kecil

Jalanan di Batu Mentas

Ke kali pakai kacamata hitam. Bidadari mah bebaasss..

Adem.


Sebenarnya masih ada spot lain yang ingin kami datangi, seperti Bendungan Pice, Gunung Kubing, dst. Sayangnya, itu tidak bisa terwujud. Selain waktu yang terbatas, ketika kami ke sana, Belitung habis diterpa banjir (banyak spekulasi tentang penyebab banjir ini). Ke SD Muhammadiyah aja sempat khawatir nggak bisa karena memang daerah sekitar Belitung Timur yang kena. Dekat Kampung Ahok. Sewaktu melintas ke Pantai Serdang, kami melewati daerah terpaan banjir. Orang-orang menjemur barang-barangnya. Jalanan rusak (padahal rata-rata jalanan di Belitung cantik semua) dan jembatan sedang diperbaiki.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar