Ini
begitu membingungkan. Tidak semua rindu jatuh bersamaan.
Kau
sangat merindunya. Kau sangat ingin terus berbicara kepadanya. Mendengar suaranya
alih-alih menyimak jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu. Kau tidak rela ia
terlelap dan meninggalkan kau dengan rindu yang meraksasa. Kau merengek-rengek;
memintanya untuk tidak jatuh ke pelukan mimpi dulu.
Karena
terus-menerus begitu, ia marah. Ia menutup teleponnya dan tinggallah kau
terisak—bersama rindu yang terus mendesak.
(15 Oktober 2014)
Rindu tak pernah melegakan :)
BalasHapus...tapi mesti dituntaskan, hm?
Hapus