Di Negeri
Hujanbungabunga, Kaka Semangka murung duduk di atas batu. Ia berasal dari
keluarga Seiris Semangka Segitiga.
Mengapa Kaka Semangka
murung?
Ah, kaulihat saja.
Tubuhnya dipenuhi totol-totol hitam!
Kaka Semangka menjadi
tidak percaya diri. Menurutnya, karena totol-totol itu ia jadi tidak cantik. Hingga
Kaka Semangka bertemu dengan Zaza Piza.
“Ngapain
kamu duduk kayak buah nggak berguna begitu?” tanya Zaza Piza.
Kaka
Semangka mendelik. “Aku punya banyak totol hitam!” serunya gusar.
“Hah?
Kau ini bodoh atau apa? Itu kan kehidupan!”
Kaka
Semangka tidak terima dibilang bodoh oleh
Zaza Piza, tetapi ia sekaligus tidak mengerti kata-kata Zaza Piza.
“Gini
ya, Kaka Semangka, sahabatku,” kata Zaza Piza, “kaulihat aku? Aku juga
sepertimu dan aku punya banyak totol! Lihat totolku bermacam-macam: daging
Sapisapi, Gugung Jagung, Mumur Jamur, Riri Paprika, dan lainnya. Mereka harus
mati untuk dijadikan totol di tubuhku. Lalu kau, lihat dirimu! Totolmu itu biji!
Biji yang kalau disebar akan menjadi semangka baru! Itu kehidupan, buah bodoh!”
Kaka
Semangka terkejut kemudian sebentar dia merasa sedih mengingat kehidupan Gugung
Jagung, Sapisapi, Mumur Jamur, dan Riri Paprika yang sudah selesai. Mereka kini
menjadi totol di tubuh Zaza Piza—di luar kemauan Zaza Piza.
“Ah,
tampang apa sekarang itu?” tanya Zaza Piza. “Kau sedih? Tidak perlu. Sapisapi,
Gugung Jagung, Mumur Jamur, dan Riri Paprika sudah bahagia. Sebentar lagi pun
kita pasti mati dan hidup dalam tubuh manusia. Begitu memang misinya.”
(22 April 2017)