Aku
merasa lelaki itu mirip kekasihku. Tentu saja dia bukan kekasihku. Sudah beristri
pula. Tapi aku sering merasa dia mirip dengan kekasihku.
Kekasihku
di kota lain. Ketemu sebulan barangkali sehari atau dua hari. Itu sudah mewah. Hubungan
yang tak pernah aku inginkan. Karena aku ingin tiap hari bertemu. Karena aku
bukan orang yang kuat menahan rindu.
Kembali
si pemirip kekasihku. Aku sering melihatnya. Membalas kata-katanya dengan selalu
berpikir bahwa dia makin mirip kekasihku. Badannya yang tidak tinggi, agak
berisi, dan kata-katanya yang terus terang.
Suatu
hari ia melihat mataku lalu masuk ke dalamnya. Tanpa berpikir kusambut saja ia.
Kukalungkan dua tanganku ke lehernya lalu kukecup bibirnya. Aku yang penuh
rindu kepada kekasihku, membayangkan ia adalah sang kekasih yang lantas habis
kupeluk dan kucium. “Aku rindu, aku rindu.”
***
Ada
perempuan yang mirip istriku di kantor. Badannya kurus dan keras hati. Kami sering
bertukar tatap tanpa sengaja. Seperti kali itu.
Ia
tiba-tiba masuk ke dalam anganku. Dalam angan itu ia memeluk leherku dan
mengecup bibirku dengan penuh rindu. Entah, aku merasakan betul rindunya. Entah,
aku merasa rindunya bukan untukku. Ya tentu saja aku juga tak merindunya. Karena
ia cuma mirip istriku.