Hari
satu
Dia
akan membuka kotak obat dan melihat kosong di sana. Dia lalu beranjak dari
situ. Pandangannya sering kosong dan suka sekali pikirannya mengembara. Dia
terbang.
Dia
menyeberang jalan kemudian terhenti di tengah-tengah. Ada dua motor menanti
langkahnya. Jaraknya hanya selangkah. Barangkali pengendara dua motor itu akan
memaki dan menuduhnya jalan tanpa pikiran. Sebenarnya otaknya memang ia tinggal
di bawah bantal.
Hari
dua
Dia
masih sekonyong-konyong. Dia membuka kotak obat dan kosong di sana. Dia akan
tertawa terbahak-bahak tanpa tahu hal yang ia tertawakan. Ia tak mengerti betapa
hal yang tidak lucu menjadi sangat lucu.
Ia
menumpahkan minum temannya dan hampir saja mengenai laptop temannya. Dia lalu
menyalahkan gelas yang berdiri sembarangan di atas meja. Ya, mesti ada yang
bisa disalahkan agar ia tak bersalah.
Dia
menumpahkan tinta hingga separuh botol. Meja dan lantai menjelma hitam tinta.
Ruangan penuh bau tinta. Hidungnya tak berterima. Ia lantas keluar mencari
udara selain tinta.
Hari
tiga
Dia
akan membuka kotak obat dan kosong di sana.
Hari
empat
Dia
akan membuka kotak obat.
Hari
lima
Dia.
Hari
…
(4 April 2014)
Ka... tulisanmu ini apa pun kau menamakannya, ia tetap puitis. Saya sangat menyukai tulisan ini
BalasHapusterima kasih banyak, Fadh! :')
Hapus