Dear
June,
Salah
satu hal yang mengesalkan adalah saat kau ditinggal tidur padahal kau sedang
sangat ingin mendengar suaranya. Kau menanti teleponnya, menanti suaranya
melantun dari seberang sana.
Yang
lebih mengesalkan, kau tidak bisa menyalahkan orang yang ketiduran. Tidur itu
anugerah, June. Tuhan memberi waktu istirahat untuk tubuh-tubuh yang lelah. Kau
tidak bisa menyalahkan orang yang tertidur di tengah pembicaraan atau tertidur
di tengah penantianmu yang menggebu. Kautahu mereka perlu istirahat.
Kau
memang akan mengecek jam berkali-kali. Kau mungkin juga akan mengambil buku
untuk kauhempas kembali karena sebenarnya kau hanya melihat huruf, tidak bisa
membaca. Pikiranmu sedang ada kepadanya.
Matamu
segar bugar, June. Kau takut kalau-kalau kau melewatkan telepon darinya. Kaupikir
ia bisa saja tiap saat membuat teleponmu berbunyi—biasanya dengan suara parau
ia akan bilang, “Aku ketiduran. Kamu belum tidur? Hoaahm….”
Kesal
dan lega berpadu sekaligus, June. Kesal karena santai sekali ia bilang begitu—padahal
kau menantinya dengan sangat. Lega karena akhirnya kau mendengar suaranya dan
penantianmu lunas sudah.
June, hai June, kaudengar aku?
Ah, kau tertidur juga rupanya. Bagus untukmu.
Pikiranmu sudah tenang, sehingga kau tidur lebih cepat daripada aku.
Selamat malam.
(6 Juni 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar