Bekasi, 15 Desember 2014
Teruntuk Prima Wirayani
(balasan
untuk surat ini)
Mbak Priiiiim~
Kok
tahu sih, kok tahu sih, aku masih ingin ngobrol banyak waktu di tamsur?
Ahahahaha.
Habisnya,
gimana aku nggak kepengin ngobrol banyak, kamu punya banyak pengetahuan, sih!
Kalau permasalahanmu “baju atau buku”, masalahku adalah “malas atau malas”.
Iya, aku pemalas. Hahaha. *bangga* *ditepokin Aprie* *diomelin Barika*
Belakangan
entah sejak kapan, aku lebih suka diceritakan.
Ini parah, Mbak Prim. Kenapa parah? Karena kesukaanku diceritakan tidak
sebanding dengan kemauanku membaca. Kronis.
Aku
suka bertanya—apalagi kepada orang dengan sekarung ilmu macam kamu (kubayangkan
kamu sinterklas yang ke mana-mana membawa kantung plastik hitam besaaar berisi
pengetahuan). Aku suka mendengar pandangan-pandangan orang tentang berbagai
hal. Suka sekali.
Bertemu
kamu, bertemu Barika, bertemu teman-teman yang lain, kadang aku merasa lapar.
Lapar sekali. Aku seperti berjumpa dengan guru-guru masa SD-ku kembali. Aku
bisa bertanya ini-itu sedangkan guru-guruku akan selalu punya jawaban atas
pertanyaan-pertanyaanku. Menyenangkan, bukan?
Mbak
Prim, beberapa waktu lalu aku sempat bingung: sekarang kan nikah antaretnis
biasa, ya? Nah, gimana kalau anakku nanti naksir orang dari planet lain?
Apa
hubungannya dengan permasalahanku?
Nggak
ada. Gitu. Cuma ya kepikiran aja.
Sudah
ya, Mbak Prim! Perutku lapar. Berhubung kadang-kadang otakku di perut, aku
makin nggak bisa mikir kalau belum makan. Dadah.
Salam pastel nanas,
Ika Fitriana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar