Ada
sepasang yang duduk di pojok restoran.
“Kamu
harus tidur cepat, Alika. Jangan terlalu sering tidur larut,” Koko berkata.
Alika
mendongak. Ia tersenyum saja lalu melanjutkan makannya.
“Alika—”
“—Iya,
aku ngerti. Apa aku harus tidur dari sekarang?” sahutnya setengah geli sambil
melirik matahari di luar sana.
“Jangan
meledek. Aku serius. Lihat kantung matamu!”
“Mana?
Nggak kelihatan, tuh!” Alika memain-mainkan matanya, berusaha melihat kantung
matanya sendiri.
“Alika!”
“Hahahaha…
iya, iya.”
Selepas
itu denting piring dan kunyahan yang mengudara.
“Kamu
tahu, Ko,” ujar Alika akhirnya. Mimiknya serius.
“Tahu
apa?” Koko waspada.
“Kenapa
mataku berkantung?”
Koko
mengernyit, “Ya itu karena kamu kurang tidur.”
“Ah,
Kokooo…,” Alika menghempas tubuhnya ke sofa merah restoran sebelum melanjutkan
katanya, “imajinasimu tipis amat! Kantung di mata ini isinya rindu, tauk! Tiap
aku rindu kamu, aku taruh di sini. Besoknya aku rindu, aku masukkan di sini.
Lusanya aku rindu, aku cemplungkan ke sini. Tulat aku rindu, aku tumpuk—”
“—
Alika, selesaikan makanmu. Aku mesti kembali kepada istri dan anak-anakku.”
(25 November 2013)
Ikaaaaa... ah, ini! suka! :')
BalasHapusTerima kasih, Onty! *menjura*
Hapus