Postingan
kedua dari seri Belitung Trip adalah destinasi nonpantai di Belitung. Apa aja
sih wisata selain pantai yang ada di Belitung?
1. Batu Satam
Batu Satam
menjadi ikon di Belitung. Batu Satam sebenarnya adalah hasil proses tabrakan
meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah tinggi jutaan tahun lalu. Batu Satam pertama kali ditemukan
di Pulau Belitung pada tahun 1973 di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit. Batu ini ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang timah
beretnis tionghoa dalam penambangan timah dengan kedalaman 50
meter. Menurut Sejarah, penamaan Batu Satam ini didasarkan pada nama
penemunya yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Sa dan Tam. Jika
diartikan secara harfiah, Sa
berarti “pasir” dan Tam berarti “empedu”. Sehingga Satam memiliki arti “empedu pasir”. Batu Satam memiliki
beberapa nama yakni Taktite dan Billitonit.
Kini batu itu
kerap dijadikan buah tangan. Harganya berkisar antara ratusan ribu hingga
jutaan rupiah. Ketika aku tanya ke Bang Ifan—driver, fotografer, narasumber
kami—kemungkinan batu satam dipalsukan, menurutnya itu tidak mungkin. Ini
karena tekstur batu yang khas.
Batu Satam, ikon Belitung. |
Berpotret di Bundaran Satam |
2. Rumah adat
Rumah adat di
Belitung mengambil bentuk rumah adat melayu. Jenisnya terbagi dua: rumah
bangsawan dan rakyat biasa. Yang dipamerkan sekarang ini merupakan jenis rumah
bangsawan. Bentuknya panggung.
Jendela rumah adat |
Baju adat dan pernik-pernik pernikahan orang Melayu Belitung. Nggak seperti di Istana Maimun, baju adat di sini tidak disewakan. |
Ruang utama yang memang dibiarkan kosong begitu saja. |
"Liu-liu". Alat transportasi zaman dulu. |
Semakin ke
sini, rumah semacam itu tidak lagi dipakai oleh masyarakat Belitung. Orang
lebih memilih bentuk rumah secara umum. Sepanjang aku berkeliling Belitung, ada
kutemukan bentuk sederhana rumah adat di sekitar Belitung Timur.
3. SD Muhammadiyah Gantong
Tidak bisa
dimungkiri, Belitung melejit setelah novel dan film Laskar Pelangi laris di pasaran. Salah satu destinasi yang sering
dikunjungi wisatawan terkait dengan Laskar
Pelangi adalah SD Muhammadiyah Gantong. Sekolah ini terletak di Belitung
Timur. Yang dipamerkan sekarang ini adalah replikanya. Biaya masuknya
Rp3.000,00.
DN Aidit merupakan
tokoh yang berasal dari Belitung Timur. Dulu, PKI sangat berkembang di sini.
Konon, itu sebab masyarakat Belitung Timur pernah tidak diperbolehkan sekolah.
Barangkali tekanan inilah yang—langsung ataupun tidak—justru membuat 3 tokoh di
generasi berikutnya lahir: Yusril Ihza Mahendra, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok),
dan Andrea Hirata. Gils! Daerah sekiprit mana lagi yang melahirkan 3
tokoh nasional selain Belitung?
Pintu masuk SD Muhammadiyah Gantong |
Tampilan dalam kelas SD Muhammadiyah Gantong |
Pening kepala Bu Mus barangkali kalau ketemu siswa cem ini |
Yang juga
menarik, rumah orang tua Andrea (yang kini dijadikan Rumah Kata) relatif dekat dengan rumah orang tua Ahok. Bila Andrea
sekolah di SD Muhammadiyah Gantong, Ahok merupakan representasi anak yang
sekolah di SD negeri. Yap, orang tua Ahok memang orang berada. Kami hanya
melintas di Kampung Ahok, tidak mampir. Jadi, ya nggak ada fotonya.
4. Rumah Kata
Rumah Kata
merupakan museum pribadi Andrea Hirata. Aslinya, Rumah Kata ini merupakan rumah
orang tua Andrea Hirata. Biaya masuk museum ini lumayan mahal, yakni
Rp50.000,00. Biaya ini konon untuk membangun sekolah. Oh ya, kalau ke sini
jangan lupa menikmati kopi kuli ya. Cuma Rp7.000,00, sudah menikmati sajian
kopi yang khas dimasak di tungku menggunakan arang.
Tiangnya pun seni! |
Numpang baca ya, Bang! |
Kupi Kuli. Masaknya khas! |
Pintu ke mana saja! |
Langit-langitnya aja epik! |
5. Bukit Berahu
Bukit Berahu
terletak di Kampung Bugis. Untuk masuk destinasi ini, kita perlu membayar
Rp10.000,00. Nanti kita akan disuguhi teh/kopi gratis. Yang unik dari tempat
ini, meskipun namanya “bukit”, ada juga pantainya. Untuk mencapai pantai dengan
pemandangan perahu nelayan Bugis, kita harus menuruni tangga yang lumayan
aduhai. Aduhai kalau naiknya pegeeellll. Hahaha.
teh/kopi gratis |
Sehabis hujan |
Tuh, di belakang mereka ada tangga yang panjangnya udah kayak mau ke air terjun. |
Mereka ada penginapan sih, tapi PR banget kalau mau ke restoran. Harus naik tangga yang masya Allah itu. |
6. Danau Kaolin
Cantik dan
miris. Pemandangan di tempat ini bisa cantik betul ketika cerah maksimal. Warna
airnya bisa jadi tosca, turqoise, atau biru banget. Namun, di sisi lain, miris.
Karena sebetulnya tempat ini merupakan lokasi penambangan kaolin yang
ditinggalkan tanpa ada perbaikan. Cantik tapi kalau rusak kan sayang.
7. Batu Mentas
Salah satu
favoritku! Salah satu spot yang belum tentu (atau malah nggak) ditawarkan trip organizer. Yes, kami memang pakai itinerary sendiri. Di postingan kapanlah
aku tulis itinerary-nya.
Daya tarik
destinasi ini adalah udara sejuk (di tempat lain di Belitung pasti panaaasss),
air jernih, dan dapat melihat tarsius. Kalau ke sini, bawa basahan ya. Nggak
bisa nggak mandi deh kalau lihat airnya! Btw, bayarnya Rp10.000,00.
Jerniiiihhh dan banyak ikan kecil-kecil |
Jalanan di Batu Mentas |
Ke kali pakai kacamata hitam. Bidadari mah bebaasss.. |
Adem. |
Sebenarnya
masih ada spot lain yang ingin kami datangi, seperti Bendungan Pice, Gunung
Kubing, dst. Sayangnya, itu tidak bisa terwujud. Selain waktu yang terbatas,
ketika kami ke sana, Belitung habis diterpa banjir (banyak spekulasi tentang
penyebab banjir ini). Ke SD Muhammadiyah aja sempat khawatir nggak bisa karena
memang daerah sekitar Belitung Timur yang kena. Dekat Kampung Ahok. Sewaktu
melintas ke Pantai Serdang, kami melewati daerah terpaan banjir. Orang-orang
menjemur barang-barangnya. Jalanan rusak (padahal rata-rata jalanan di Belitung
cantik semua) dan jembatan sedang diperbaiki.